Assalamualaikum ustaz,
Saya nak tanya, apa etika ketawa dalam Islam. ada larangan ke? Dan apa etika bergurau. Macamana Islam mensyaratkan gurau supaya tak lari dari syariat?
Jawapan:
Perkara yang ditanya adalah termasuk dalam perkara fitrah kejadian manusia. Dalam bahasa arab manusia biasa disebut sebagai حيوان ناطق yang bermaksud haiwan yang berkata-kata. Juga masyarakat arab biasa menyebut manusia sebagai حيوان ضاحك yang bermaksud haiwan yang ketawa. Ketawa dan gurauan merupakan fitrah kejadian manusia. Islam agama lengkap tidak akan menghapuskan sesuatu yang bersifat fitrah kejadian seperti keinginan berkahwin bahkan akan membimbingnya bagi memastikan fitrah itu diurus dengan baik. Secara umumnya maksud bergurau sama dengan jenaka yang ditakrifkan sebagai perbuatan, kata-kata dan sebagainya yang dapat menggelikan hati orang lain. Seperti yang diketahui membuatkan orang lain senang hati adalah termasuk dalam amal kebaikan dan Rasulullah saw juga berjenaka dengan ahli keluarga dan sahabat baginda.
Umumnya garis panduan bergurau dan jenaka dalam Islam adalah seperti berikut:
1) Janganberdusta.
Contoh yang mashyur ialah ramai yang berjenaka dengan cara mengenakan rakan mereka dengan ’April Fool’.Akibatnya ada yang merasa sakit hati atau terguris perasaan. Jadi tujuan sebenar bergurau tidak tercapai kerana ada yang merasa dirinya tertipu. Rasulullah saw pernah bersabda yang bermaksud: “Celakalah orang yang berbicara lalu mengarang cerita dusta agar orang lain tertawa!” (AbuDaud)
2) Jangan menjatuhkan maruah orang lain.
Rasulullah saw pernah bersabda, maksudnya: “Cukuplah keburukan bagi seseorang yang menghina saudaranya sesama muslim.” (Muslim)
3) Berpada dan sederhana.
Rasulullah saw pernah bersabda: “Janganlah kamu banyak tertawa, kerana banyak tertawa itu dapat mematikan hati.” (Tirmizi). Hadis ini bukan melarang ketawa kerana ketawa adalah fitrah manusia. Yang dilarang adalah banyak ketawa. Saidina Ali r.a pernah berkata: “Berilah jenaka dalam perkataan dengan ukuran seperti anda memberi garam dalam makanan. Said bin Ash telah memberi nasihat yang baik dalam perkara ini seperti katanya: ”Sederhanalah engkau dalam bergurau kerana berlebihan dalam bergurau dapat menghilangkan harga diri dan menyebabkan orang-orang bodoh berani kepadamu, tetapi meninggalkan bergurau akan menjadi kakunya persahabatan dan sepinya pergaulan.”
4) Jangan sampai menakutkan.
Rasulullah saw telah bersabda maksudnya: “Tidak halal bagi seseorang menakut-nakutkan muslim yang lainnya (At-Thabarani)
5) Sesuai dengan masa dan tempat.
Tiap-tiap sesuatu ada tempatnya, tiap-tiap keadaan ada (cara dan bentuk) perkataannya sendiri. Allah swt mencela orang-orang musyrik yang tertawa ketika mendengarkan al-quran padahal seharusnya mereka menangis seperti maksud firmannya:
“Maka apakah kamu merasa hairan terhadap pemberitaan ini? Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis sedang kamu melengahkannya (An-Najm:59-61)
Di samping menjaga syarat-syarat di atas, gurauan yang kita lakukan mestilah dapat diterima oleh fitrah yang sejahtera, diredhai akal yang waras dan secocok dengan tatasusila kehidupan masyarakat yang positif dan kreatif.
Sekian
WallahuA’lam
Rujukan:
1) Dr. Yusof Al-Qaradhawi, Al-Mujtama’ Al-Muslim Allazi Nansyuduhu.
2) Dr. Yusof Al-Qaradhawi, Halal dan Haram dalam Islam.
3) Pelbagai.
Disediakan oleh:
Ustaz Ahmad Zainal Abidin
Setiausaha MUIS
Tuesday, May 25, 2010
Monday, May 24, 2010
puisi PENDIDIK...
Mari kita menjadi penafsir
penuhi hasrat tugas hakiki
menjayakan anak didik
membesar untuk cerdik
berkembang cemerlang
walau tertinggal, tawakal
tetap menjadi insan berakal
tetap menjadi insan berakal
tidak nakal tetapi terus cekal
depani hidup payah dan sukar
*h a f i z a h*
KEHIDUPAN ALQAMAH
Kisah Al- Qamah
Alhamdulillah, mengenai kisah Shahabat Alqamah dijelaskan oleh Ustadz Abdul Hakim Bin Amir Abdat dalam sebuah buku kecil yang berjudul Kisah Tsa'labah dan Alqamah terbitan Darul Qalam.
KISAH SAKARATUL MAUTNYA ALQAMAH
Hadist:
Dari Abdullah bin Abi Aufa, ia berkata: Kami pernah berada di sisi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam lalu datanglah seseorang, ia berkata, "Ada seorang pemuda yang hamper nazak, lalu dikatakan kepadanya, ucapkanlah Laa ilaaha illallah,akan tetapi ia tidak sanggup mengucapkannya. " Beliau bertanya kepada orang itu," Apakah anak muda itu shalat?" Jawab orang itu,"Ya." Lalu Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam bangkit berdiri dan kami pun berdiri bersama beliau, kemudian beliau masuk menemui anak muda itu, beliau bersabda kepadanya,"Ucapkan Laa ilaaha illallah." Anak muda itu menjawab, "Saya tidak sanggup." Beliau bertanya, "Kenapa?" Dijawab oleh orang lain, "Dia telah durhaka kepada ibunya." Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya, "Apakah ibunya masih hidup?" Mereka menjawab, "Ya". Beliau bersabda, "Panggillah ibunya kemari," Lalu datanglah ibunya, maka belaiu bersabda, "Ini anakmu?" Jawabnya, "Ya." Beliau bersabda lagi kepadanya, "Bagaimana pandanganmu kalau sekiranya dibuat api unggun yang besar lalu dikatakan kepadamu: Jika engkau memberikan syafa'atmu (pertolonganmu -yakni maafmu-) kepadanya niscaya akan kami lepaskan dia, dan jika tidak pasti kami akan membakarnya dengan api, apakah engkau akan memberikan syafa'at kepadanya? "Perempuan itu menjawab," Kalau begitu, aku akan memberikan syafa'at kepadanya. "Beliau bersabda," Maka Jadikanlah Allah sebagai saksinya dan jadikanlah ana sebagai saksinya sesungguhnya engkau telah meredai anakmu." Perempuan itu berkata, "Ya Allah sesungguhnya aku menjadikan Engkau sebagai saksi dan aku menjadikan Rasul-Mu sebagai saksi sesungguhnya aku telah meredai anakku". Kemudia Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada anak muda itu, "Wahai anak muda ucapkanlah Laa ilaaha illallah wahdahu laa syarikalahu wa asyhadu anna muhammada 'abduhu wa rasuluhu," Lalu anak muda itupun dapat mengucapkannya. Maka bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dengan sebab aku dari api neraka."
Derajat Hadist SANGAT LEMAH. Telah diriwayatkan oleh Thabrani di kitabnya Al Mu'jam Kabir dan Imam Ahmad meriwayatkan dengan ringkas. Demikian keterangan Al Imam Mundzir di kitabnya At Targhib wat Tarhib juz 3 hal. 331
Imam Ahmad telah meriwayatkan di Musnad-nya juz 4 hal. 382 dari jalan Faa-id bin Abdurrahman dari Abdullah bin Aufa dengan ringkas.
Al Imam Ibnul Jauzi telah meriwayatkan hadist di atas di kitabnya Al Maudlu'aat juz 3 hal.87 dari jalan Faa-id seperti di atas.
Berkata Abdullah bin Ahmad (anaknya Imam Ahmad yang meriwayatkan kitab Musnad bapaknya) setelah meriwayatkan hadist di atas yang ia dapati di kitab bapaknya bahwa bapaknya tidak redha terhadap hadistnya Faa-id bin Abdurrahman atau menurut beliau bahwa Faa-id bin Abdurrahman itu Matrukul hadist.
Berkata Al Imam Ibnuk Jauzi setelah meriwayatkan hadist di atas, "Hadist ini tidak sah datangnya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan di dalam sanadnya terdapat Faa- id, telah berkata Ahmad bin Hambal: Faa-id matrukul hadist. Dan telah berkata Yahya (bin Ma'in): Tidak ada apa-apanya. Berkata Ibnu Hibban: Tidak boleh berhujjah dengannya. Berkata Al 'Uqailiy: Tidak ada mutabi'nya (pembantunya) di dalam hadist ini dari rawi yang seperti dia."
Saya berkata (Ustadz Abdul Hakim): Tentang Faa-id bin Abdurrahman seorang rawi yang sangat lemah telah lalu sejumlah keterangan dari para Imam ahlul hadist di hadist kedua (no.2) dari kitab hadist-hadist dla'if dan maudlu. Silalahkan merujuk bagi siapa yang mau. Hadist Alqamah batil bila ditinjau dari matannya. Karena tidak ada seorang pun Shahabat yang datang dari hadist-hadist yang sah yang durhaka kepada orang tuanya istimewa kepada ibunya. Bahkan ada sebaliknya, bahwa mereka adalah orang-orang yang sangat berbuat kebaikan (birrul walidain) kepada orang tua mereka apalagi kepada ibu mereka
Alhamdulillah, mengenai kisah Shahabat Alqamah dijelaskan oleh Ustadz Abdul Hakim Bin Amir Abdat dalam sebuah buku kecil yang berjudul Kisah Tsa'labah dan Alqamah terbitan Darul Qalam.
KISAH SAKARATUL MAUTNYA ALQAMAH
Hadist:
Dari Abdullah bin Abi Aufa, ia berkata: Kami pernah berada di sisi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam lalu datanglah seseorang, ia berkata, "Ada seorang pemuda yang hamper nazak, lalu dikatakan kepadanya, ucapkanlah Laa ilaaha illallah,akan tetapi ia tidak sanggup mengucapkannya. " Beliau bertanya kepada orang itu," Apakah anak muda itu shalat?" Jawab orang itu,"Ya." Lalu Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam bangkit berdiri dan kami pun berdiri bersama beliau, kemudian beliau masuk menemui anak muda itu, beliau bersabda kepadanya,"Ucapkan Laa ilaaha illallah." Anak muda itu menjawab, "Saya tidak sanggup." Beliau bertanya, "Kenapa?" Dijawab oleh orang lain, "Dia telah durhaka kepada ibunya." Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya, "Apakah ibunya masih hidup?" Mereka menjawab, "Ya". Beliau bersabda, "Panggillah ibunya kemari," Lalu datanglah ibunya, maka belaiu bersabda, "Ini anakmu?" Jawabnya, "Ya." Beliau bersabda lagi kepadanya, "Bagaimana pandanganmu kalau sekiranya dibuat api unggun yang besar lalu dikatakan kepadamu: Jika engkau memberikan syafa'atmu (pertolonganmu -yakni maafmu-) kepadanya niscaya akan kami lepaskan dia, dan jika tidak pasti kami akan membakarnya dengan api, apakah engkau akan memberikan syafa'at kepadanya? "Perempuan itu menjawab," Kalau begitu, aku akan memberikan syafa'at kepadanya. "Beliau bersabda," Maka Jadikanlah Allah sebagai saksinya dan jadikanlah ana sebagai saksinya sesungguhnya engkau telah meredai anakmu." Perempuan itu berkata, "Ya Allah sesungguhnya aku menjadikan Engkau sebagai saksi dan aku menjadikan Rasul-Mu sebagai saksi sesungguhnya aku telah meredai anakku". Kemudia Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada anak muda itu, "Wahai anak muda ucapkanlah Laa ilaaha illallah wahdahu laa syarikalahu wa asyhadu anna muhammada 'abduhu wa rasuluhu," Lalu anak muda itupun dapat mengucapkannya. Maka bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dengan sebab aku dari api neraka."
Derajat Hadist SANGAT LEMAH. Telah diriwayatkan oleh Thabrani di kitabnya Al Mu'jam Kabir dan Imam Ahmad meriwayatkan dengan ringkas. Demikian keterangan Al Imam Mundzir di kitabnya At Targhib wat Tarhib juz 3 hal. 331
Imam Ahmad telah meriwayatkan di Musnad-nya juz 4 hal. 382 dari jalan Faa-id bin Abdurrahman dari Abdullah bin Aufa dengan ringkas.
Al Imam Ibnul Jauzi telah meriwayatkan hadist di atas di kitabnya Al Maudlu'aat juz 3 hal.87 dari jalan Faa-id seperti di atas.
Berkata Abdullah bin Ahmad (anaknya Imam Ahmad yang meriwayatkan kitab Musnad bapaknya) setelah meriwayatkan hadist di atas yang ia dapati di kitab bapaknya bahwa bapaknya tidak redha terhadap hadistnya Faa-id bin Abdurrahman atau menurut beliau bahwa Faa-id bin Abdurrahman itu Matrukul hadist.
Berkata Al Imam Ibnuk Jauzi setelah meriwayatkan hadist di atas, "Hadist ini tidak sah datangnya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan di dalam sanadnya terdapat Faa- id, telah berkata Ahmad bin Hambal: Faa-id matrukul hadist. Dan telah berkata Yahya (bin Ma'in): Tidak ada apa-apanya. Berkata Ibnu Hibban: Tidak boleh berhujjah dengannya. Berkata Al 'Uqailiy: Tidak ada mutabi'nya (pembantunya) di dalam hadist ini dari rawi yang seperti dia."
Saya berkata (Ustadz Abdul Hakim): Tentang Faa-id bin Abdurrahman seorang rawi yang sangat lemah telah lalu sejumlah keterangan dari para Imam ahlul hadist di hadist kedua (no.2) dari kitab hadist-hadist dla'if dan maudlu. Silalahkan merujuk bagi siapa yang mau. Hadist Alqamah batil bila ditinjau dari matannya. Karena tidak ada seorang pun Shahabat yang datang dari hadist-hadist yang sah yang durhaka kepada orang tuanya istimewa kepada ibunya. Bahkan ada sebaliknya, bahwa mereka adalah orang-orang yang sangat berbuat kebaikan (birrul walidain) kepada orang tua mereka apalagi kepada ibu mereka
tEGaS DeNgaN pRinSiP
Seorang Islam yang tegas dengan prinsip ialah orang yang
kuat berpegang dengan agamanya dan sentiasa mengamalkan
ajarannya. Tegas dengan hukum-hakamnya.
Memperkatakannya dengan tidak segan silu. Memperjuangannya
dengan gigih dan berhikmah di mana saja dia berada, tidak
kira di waktu mana, di dalam keadaan apa dan di dalam situasi
dan kondisi yang bagaimana pun.
Begitulah yang dikatakan orang yang ada prinsip. Ia tidak
dapat digugat oleh keadaan, dihalang oleh tempat dan dihentikan
oleh suasana, kecuali ada kuasa yang menghalang ke atas
dirinya, sedangkan dia di waktu itu tidak ada daya dan upaya
melawannya. Misalnya dia ditangkap oleh musuhnya atau dia
dibuang di suatu tempat yang dia tidak mampu melepaskan
dirinya. Maka waktu itu, banyak hal dan amalan yang biasa
dibuat tidak dapat dibuatnya oleh keadaan tadi. Dia tidak boleh
melakukannya kecuali hanya di dalam hati. Ini ertinya sudah di
dalam keadaan darurat.
ORANG ISLAM YANG TEGAS DAN TEGUH DENGAN PRINSIP
Orang yang tegas dengan prinsip, dia tidak peduli apa orang
kata, dia tidak fikir orang. Dia tidak malu-malu atau takut
kepada sesiapa. Yang dia fikir, dia dengan Tuhannya. Kerana
Islam itu benar-benar menjadi pegangan hidupnya, diyakini dan
dihayati, telah mendarah mendaging dan telah sebati dan menjadi
tabiat dirinya. Dia rasa Islam adalah hidup matinya hingga
menjadi cita-cita perjuangannya. Kalau ada amalan-amalan
Islam itu yang dia terlupa mengamalkannya, terlalu amat kesal
dirasakannya. Dan dia sangat tersinggung kalau ada orang
menentang dan menghina agamanya.
Oleh itu dia sanggup susah dengan Islam. Sanggup berkorban
untuknya. Dia lebih sayang Islam daripada dirinya sendiri bahkan
sanggup mati kerananya. Orang ini tidak akan boleh diugutugut
atau dihalang. Namun dia tetap mencari jalan mengamalkannya
dan memperjuangkannya sama ada Islam itu dapat
diamalkan atau diperjuangkan atau dia mati kerananya.
SEBAB TEGAS DENGAN PRINSIP/BERPRINSIP
Orang Islam yang tegas dengan prinsip tidak ramai sekalipun
di kalangan para pejuang dan pendakwah-pendakwah atau da’ida’i.
Oleh kerana itulah Islam amat susah diterima oleh orang
ramai sebagai cara hidup. Lebih-lebih lagi orang kafir, mereka
sangat takut dengan Islam.
Di antara sebab-sebab seseorang Islam itu tegas berpegang
dengan prinsip atau dikatakan orang ada prinsip ialah:
1. Kerana seseorang itu mendapat pendidikan yang betul dan
baik. Mungkin bernasib baik berada di dalam keluarga yang
kuat mempertahankan prinsip dan mendapat guru yang
baik pula.
2. Islam yang dipelajari oleh seseorang itu sangat dihayati
bukan sekadar ilmu atau mata pelajaran yang diwajibkan.
3. Seseorang itu ada cita-cita. Islam bukan setakat untuk dirinya
tapi inginkan agama Islam itu menjadi cara hidup di
alam sejagat ini.
4. Kerana seseorang itu benar-benar faham tentang Islam,
kemudian diamalkannya untuk diri dan keluarganya
kemudian diperjuangkannya ke tengah masyarakat.
5. Kerana seseorang itu bernasib baik bertemu dengan jemaah
Islamiah yang baik kemudian mendapat pemimpin yang
baik yang boleh menyampaikan Islam secara baik dan
pemimpin itu benar-benar boleh menjadi contoh peribadinya.
6. Seseorang itu berjiwa besar. Kerana rasa besar dan bangga
dengan agamanya yang datang dari Tuhan yang Maha Besar
dan Maha Agung. Dia rasa seronok mengamal dan memperjuangkannya.
ORANG YANG TIDAK TEGAS ATAU TIDAK TEGUH DENGAN PRINSIP
Biasanya orang Islam yang tidak teguh dengan prinsip atau
pegangan hidup dikatakan orang yang tidak ada prinsip. Dia
mengamalkan Islam itu tidak istiqamah. Kadang-kadang buat,
kadang-kadang tidak. Bertukar sahaja suasana dia pun bertukar
sikap. Berpindah saja tempat, dia longgar dengan syariat. Kalau
bergaul sahaja dengan orang yang lalai maka dia pun ikut serta
lalai. Bila berhadapan saja dengan orang-orang besar, amalan
biasa yang selalu dibuatnya dia pun malu hendak membuatnya.
Kalau ada orang yang bercakap bertentangan dengan Islam di
sesuatu majlis, lebih-lebih lagi kalau majlis itu majlis orang-orang
besar, dia diam sahaja. Sudah tidak berani lagi memberi pandangan.
Dia rasa rendah diri atau inferiority complex di dalam
majlis itu. Keberaniannya hilang. Hanya mendengar sahaja apa
yang orang kata. Begitu juga sibuk saja kerja, prinsip pun tertinggal.
Susah hati sedikit, hukum-hakam pun terlanggar. Sakit
sahaja sedikit, syariat pun cuai.
SEBAB ORANG ISLAM TIDAK TEGAS DENGAN PRINSIP
Antara sebab orang-orang Islam tidak lagi tegas dengan prinsip
adalah seperti berikut:
1. Kerana sudah jahil dengan ajaran Islam. Apabila sudah jahil,
bagaimana hendak mengamalkannya. Betapalah pula untuk
memperkatakan dan memperjuangkannya.
2. Kalaupun dia seorang yang alim, tapi tidak teguh dengan
prinsip ialah dikeranakan oleh kelemahan iman atau jiwa
lemah. Lemah iman kerana cinta dunia. Cita-cita Islam
sudah tidak ada.
3. Kerana mengamalkan Islam itu secara tradisi atau ikutikutan,
bukan atas dasar keyakinan dan kesedaran beragama.
4. Seseorang yang mengamalkan Islam itu kerana dididik oleh
suasana, bukan kerana didikan oleh satu pengajian dan
ikutan. Apabila bertukar suasana maka dia pun bertukar
prinsip hidupnya.
5. Seseorang yang belajar atas dasar ilmu atau mental exercise,
bukan atas dasar penghayatan. Dia belajar itu mungkin
tujuan makan gaji dan sebagainya. Orang itu akan hanyut
mengikut arus masyarakat walaupun dia mempunyai ilmu
Islam.
6. Seseorang yang mendapat didikan Islam secara kasar dan
paksa, bukan mendapat didikan yang penuh berhikmah
serta dapat mengikut suri teladan yang baik. Apabila bebas
daripada suasana itu, maka dia pun bebas meninggalkan
atau membuat secara cuai.
7. Seseorang yang asalnya tegas dengan prinsip, entahkan
macam mana satu masa terpengaruh dengan dunia yang
menipu, maka dia pun berubah prinsip hidupnya daripada
tegas kepada cuai mengamalkan atau lalai mengamalkannya.
8. Mungkin seseorang itu lemah kerana dia keseorangan.
Kawan-kawan tidak ada, maka di sini keberaniannya menjadi
kurang atau luntur. Maka di dalam suasana yang tertentu,
tidak berani lagi dia memperkatakan kebenaran itu
dengan tegas.
9. Boleh jadi juga seseorang itu kerana ujian yang teruk, dia
tidak tahan lalu kecewa serta diburu oleh ketakutan. Akhirnya
dia longgar atau rasa serik mengamalkan prinsip hidupnya.
ISLAM MENYURUH TEGAS, BUKAN KERAS
Ajaran Islam menganjurkan kepada kita agar tegas mengamalkannya,
tegas mengeluarkan hukum. Tegas menyampaikannya
atau memperkatakannya dan gigih memperjuangkannya di
mana saja dan di dalam keadaan apa sekalipun. Islam tidak
menyuruh kita berlaku keras tapi menyuruh tegas. Islam adalah
agama kasih sayang dan lemah lembut, bukan agama keras tapi
disuruh tegas.
Kebanyakan umat Islam terutama para pejuang dan pendakwah-
pendakwah melakukan kekerasan di dalam perjuangan
atau di dalam dakwahnya tapi dia sendiri tidak tegas mengamalkannya.
Di dalam mengamalkan, sama saja dengan orang lain.
Di dalam menyampaikan, suaranya lantang dan keras memperkatakan
hukum-hakamnya. Tegas kalau untuk orang lain tapi
untuk diri sendiri longgar dan cuai.
Di dalam menyampaikan Islam, dia mengata, mengumpat
dan menuduh kepada golongan-golongan yang tertentu. Adakalanya
hingga sampai maki-hamun, mengutuk dan menempelak
orang yang tertentu, tapi dia sendiri syariatnya cuai, akhlaknya
rosak, maruahnya tidak dijaga. Mereka menyangka cara
itulah yang dikatakan tegas.
Sebenarnya sikap mereka itu bukan tegas tapi keras. Tegas
ertinya memperkatakan hukuman yang sesuai dengan kehendak
Islam. Disampaikan dengan penuh berhikmah dan kasih sayang,
tidak ditujukan kepada mana-mana golongan tapi untuk semua,
terutama diri sendiri. Dan orang yang berkata dan memperjuangkan
itu mempunyai peribadi yang baik dan mempunyai
akhlak yang mulia kerana dia tegas mengamalkan Islam itu lebih
dahulu di dalam diri mereka dan tegas berpegang dengan
hukum. Begitu juga tegas mendidik anak dan isteri serta keluarga.
Agar mereka mengamalkan ajaran Islam itu serta sangat
menghormati hukum-hakam. Begitulah orang yang tegas
dengan prinsip.
Oleh kerana tidak tegas mengamalkan Islam tapi keras
memperkatakan dan memperjuangkannya, maka orang ramai
jadi benci dengan Islam. Lebih-lebih lagi orang kafir, mereka
takut dengan Islam. Melihat peribadi para pejuang dan para da’i
serta keluarga mereka, Islam itu tidak ada di dalam diri mereka.
Yang mereka lihat ialah kekerasan dan kekasaran. Keindahan
tidak dapat dilihat kerana bersikap keras bukan tegas.
kuat berpegang dengan agamanya dan sentiasa mengamalkan
ajarannya. Tegas dengan hukum-hakamnya.
Memperkatakannya dengan tidak segan silu. Memperjuangannya
dengan gigih dan berhikmah di mana saja dia berada, tidak
kira di waktu mana, di dalam keadaan apa dan di dalam situasi
dan kondisi yang bagaimana pun.
Begitulah yang dikatakan orang yang ada prinsip. Ia tidak
dapat digugat oleh keadaan, dihalang oleh tempat dan dihentikan
oleh suasana, kecuali ada kuasa yang menghalang ke atas
dirinya, sedangkan dia di waktu itu tidak ada daya dan upaya
melawannya. Misalnya dia ditangkap oleh musuhnya atau dia
dibuang di suatu tempat yang dia tidak mampu melepaskan
dirinya. Maka waktu itu, banyak hal dan amalan yang biasa
dibuat tidak dapat dibuatnya oleh keadaan tadi. Dia tidak boleh
melakukannya kecuali hanya di dalam hati. Ini ertinya sudah di
dalam keadaan darurat.
ORANG ISLAM YANG TEGAS DAN TEGUH DENGAN PRINSIP
Orang yang tegas dengan prinsip, dia tidak peduli apa orang
kata, dia tidak fikir orang. Dia tidak malu-malu atau takut
kepada sesiapa. Yang dia fikir, dia dengan Tuhannya. Kerana
Islam itu benar-benar menjadi pegangan hidupnya, diyakini dan
dihayati, telah mendarah mendaging dan telah sebati dan menjadi
tabiat dirinya. Dia rasa Islam adalah hidup matinya hingga
menjadi cita-cita perjuangannya. Kalau ada amalan-amalan
Islam itu yang dia terlupa mengamalkannya, terlalu amat kesal
dirasakannya. Dan dia sangat tersinggung kalau ada orang
menentang dan menghina agamanya.
Oleh itu dia sanggup susah dengan Islam. Sanggup berkorban
untuknya. Dia lebih sayang Islam daripada dirinya sendiri bahkan
sanggup mati kerananya. Orang ini tidak akan boleh diugutugut
atau dihalang. Namun dia tetap mencari jalan mengamalkannya
dan memperjuangkannya sama ada Islam itu dapat
diamalkan atau diperjuangkan atau dia mati kerananya.
SEBAB TEGAS DENGAN PRINSIP/BERPRINSIP
Orang Islam yang tegas dengan prinsip tidak ramai sekalipun
di kalangan para pejuang dan pendakwah-pendakwah atau da’ida’i.
Oleh kerana itulah Islam amat susah diterima oleh orang
ramai sebagai cara hidup. Lebih-lebih lagi orang kafir, mereka
sangat takut dengan Islam.
Di antara sebab-sebab seseorang Islam itu tegas berpegang
dengan prinsip atau dikatakan orang ada prinsip ialah:
1. Kerana seseorang itu mendapat pendidikan yang betul dan
baik. Mungkin bernasib baik berada di dalam keluarga yang
kuat mempertahankan prinsip dan mendapat guru yang
baik pula.
2. Islam yang dipelajari oleh seseorang itu sangat dihayati
bukan sekadar ilmu atau mata pelajaran yang diwajibkan.
3. Seseorang itu ada cita-cita. Islam bukan setakat untuk dirinya
tapi inginkan agama Islam itu menjadi cara hidup di
alam sejagat ini.
4. Kerana seseorang itu benar-benar faham tentang Islam,
kemudian diamalkannya untuk diri dan keluarganya
kemudian diperjuangkannya ke tengah masyarakat.
5. Kerana seseorang itu bernasib baik bertemu dengan jemaah
Islamiah yang baik kemudian mendapat pemimpin yang
baik yang boleh menyampaikan Islam secara baik dan
pemimpin itu benar-benar boleh menjadi contoh peribadinya.
6. Seseorang itu berjiwa besar. Kerana rasa besar dan bangga
dengan agamanya yang datang dari Tuhan yang Maha Besar
dan Maha Agung. Dia rasa seronok mengamal dan memperjuangkannya.
ORANG YANG TIDAK TEGAS ATAU TIDAK TEGUH DENGAN PRINSIP
Biasanya orang Islam yang tidak teguh dengan prinsip atau
pegangan hidup dikatakan orang yang tidak ada prinsip. Dia
mengamalkan Islam itu tidak istiqamah. Kadang-kadang buat,
kadang-kadang tidak. Bertukar sahaja suasana dia pun bertukar
sikap. Berpindah saja tempat, dia longgar dengan syariat. Kalau
bergaul sahaja dengan orang yang lalai maka dia pun ikut serta
lalai. Bila berhadapan saja dengan orang-orang besar, amalan
biasa yang selalu dibuatnya dia pun malu hendak membuatnya.
Kalau ada orang yang bercakap bertentangan dengan Islam di
sesuatu majlis, lebih-lebih lagi kalau majlis itu majlis orang-orang
besar, dia diam sahaja. Sudah tidak berani lagi memberi pandangan.
Dia rasa rendah diri atau inferiority complex di dalam
majlis itu. Keberaniannya hilang. Hanya mendengar sahaja apa
yang orang kata. Begitu juga sibuk saja kerja, prinsip pun tertinggal.
Susah hati sedikit, hukum-hakam pun terlanggar. Sakit
sahaja sedikit, syariat pun cuai.
SEBAB ORANG ISLAM TIDAK TEGAS DENGAN PRINSIP
Antara sebab orang-orang Islam tidak lagi tegas dengan prinsip
adalah seperti berikut:
1. Kerana sudah jahil dengan ajaran Islam. Apabila sudah jahil,
bagaimana hendak mengamalkannya. Betapalah pula untuk
memperkatakan dan memperjuangkannya.
2. Kalaupun dia seorang yang alim, tapi tidak teguh dengan
prinsip ialah dikeranakan oleh kelemahan iman atau jiwa
lemah. Lemah iman kerana cinta dunia. Cita-cita Islam
sudah tidak ada.
3. Kerana mengamalkan Islam itu secara tradisi atau ikutikutan,
bukan atas dasar keyakinan dan kesedaran beragama.
4. Seseorang yang mengamalkan Islam itu kerana dididik oleh
suasana, bukan kerana didikan oleh satu pengajian dan
ikutan. Apabila bertukar suasana maka dia pun bertukar
prinsip hidupnya.
5. Seseorang yang belajar atas dasar ilmu atau mental exercise,
bukan atas dasar penghayatan. Dia belajar itu mungkin
tujuan makan gaji dan sebagainya. Orang itu akan hanyut
mengikut arus masyarakat walaupun dia mempunyai ilmu
Islam.
6. Seseorang yang mendapat didikan Islam secara kasar dan
paksa, bukan mendapat didikan yang penuh berhikmah
serta dapat mengikut suri teladan yang baik. Apabila bebas
daripada suasana itu, maka dia pun bebas meninggalkan
atau membuat secara cuai.
7. Seseorang yang asalnya tegas dengan prinsip, entahkan
macam mana satu masa terpengaruh dengan dunia yang
menipu, maka dia pun berubah prinsip hidupnya daripada
tegas kepada cuai mengamalkan atau lalai mengamalkannya.
8. Mungkin seseorang itu lemah kerana dia keseorangan.
Kawan-kawan tidak ada, maka di sini keberaniannya menjadi
kurang atau luntur. Maka di dalam suasana yang tertentu,
tidak berani lagi dia memperkatakan kebenaran itu
dengan tegas.
9. Boleh jadi juga seseorang itu kerana ujian yang teruk, dia
tidak tahan lalu kecewa serta diburu oleh ketakutan. Akhirnya
dia longgar atau rasa serik mengamalkan prinsip hidupnya.
ISLAM MENYURUH TEGAS, BUKAN KERAS
Ajaran Islam menganjurkan kepada kita agar tegas mengamalkannya,
tegas mengeluarkan hukum. Tegas menyampaikannya
atau memperkatakannya dan gigih memperjuangkannya di
mana saja dan di dalam keadaan apa sekalipun. Islam tidak
menyuruh kita berlaku keras tapi menyuruh tegas. Islam adalah
agama kasih sayang dan lemah lembut, bukan agama keras tapi
disuruh tegas.
Kebanyakan umat Islam terutama para pejuang dan pendakwah-
pendakwah melakukan kekerasan di dalam perjuangan
atau di dalam dakwahnya tapi dia sendiri tidak tegas mengamalkannya.
Di dalam mengamalkan, sama saja dengan orang lain.
Di dalam menyampaikan, suaranya lantang dan keras memperkatakan
hukum-hakamnya. Tegas kalau untuk orang lain tapi
untuk diri sendiri longgar dan cuai.
Di dalam menyampaikan Islam, dia mengata, mengumpat
dan menuduh kepada golongan-golongan yang tertentu. Adakalanya
hingga sampai maki-hamun, mengutuk dan menempelak
orang yang tertentu, tapi dia sendiri syariatnya cuai, akhlaknya
rosak, maruahnya tidak dijaga. Mereka menyangka cara
itulah yang dikatakan tegas.
Sebenarnya sikap mereka itu bukan tegas tapi keras. Tegas
ertinya memperkatakan hukuman yang sesuai dengan kehendak
Islam. Disampaikan dengan penuh berhikmah dan kasih sayang,
tidak ditujukan kepada mana-mana golongan tapi untuk semua,
terutama diri sendiri. Dan orang yang berkata dan memperjuangkan
itu mempunyai peribadi yang baik dan mempunyai
akhlak yang mulia kerana dia tegas mengamalkan Islam itu lebih
dahulu di dalam diri mereka dan tegas berpegang dengan
hukum. Begitu juga tegas mendidik anak dan isteri serta keluarga.
Agar mereka mengamalkan ajaran Islam itu serta sangat
menghormati hukum-hakam. Begitulah orang yang tegas
dengan prinsip.
Oleh kerana tidak tegas mengamalkan Islam tapi keras
memperkatakan dan memperjuangkannya, maka orang ramai
jadi benci dengan Islam. Lebih-lebih lagi orang kafir, mereka
takut dengan Islam. Melihat peribadi para pejuang dan para da’i
serta keluarga mereka, Islam itu tidak ada di dalam diri mereka.
Yang mereka lihat ialah kekerasan dan kekasaran. Keindahan
tidak dapat dilihat kerana bersikap keras bukan tegas.
Sunday, May 23, 2010
it's me. ;-) h a f i z a h . . .
a k u . . .
s u k a
aL- qUrAn,
s u k a
sErbAn,
s u k a
jUbAh,
s u k a
hIjAb,
s u k a
niQqAb,
s u k a
bUKu,
s u k a
bAcA,
s u k a
tULis,
s u k a
LuKis,
s u k a
nAsYid,
s u k a
diAM,
s u k a
sUkA,
s u k a
hAti,
s u k a
-i LoVE iSLaM-
s u k a
-iKiM.fm-
s u k a
pErhAti,
s u k a
hAyAti,
dAN..AkU koNkLuSikAN ia...............;-)
dALaM
KeHidUPaNkU
SebAgAi
dALiL nYatA AkU
mEMiLikInyA
H A F I Z A H @ A M Y
MUJAHIDAH.TERUSKAN MUJAHADAHMU...
Wahai mujahidah,
Bila ku melihat semangatmu yang berkobar-kobar
Hatiku pun ikut tercabar
Tercabar kerna ingin menjadi sepertimu
Kental semangatmu tidak disangsi
Tidak mengenal apa erti putus asa
Setiap kekurangan cuba kau perbaiki
Setiap kelemahan cuba kau atasi
Setiap kesilapan cuba kau hadapi
Aku bangga melihatmu
Seorang mujahidah yang berjuang
Demi untuk menolong Tuhanmu
Dan menjunjung sunnah nabimu
Halangan, cabaran, tohmahan kau tolak ke tepi
Semakin dicaci semakin teguh kau berdiri
Usahkan mundur
Setapak pun tak mungkin berundur
Sucinya hatimu wahai mujahidah
Seluruh masa, harta, tenaga dan usahamu
Ikhlas kau salurkan untuk-Nya
Keyakinanmu untuk mengembalikan
Islam kembali Pasti menjadi realiti
Hakikat itu pasti terjadi
Walaupun mungkin hayatmu tak kesampaian
Untuk menatap saat-saat kegemilangan
Namun itu bukan penghalang bagimu
Perananmu sudah kau laksanakan
Terserah kepada yang Esa untuk menentukannya
Berusahalah dan teruslah berusaha
Serahkan hasilnya kerana ia milik-Nya
Usah disesali harta yang telah kau infakkan
Usah ditangisi masa yang telah kau sumbangkan
Keyakinan terhadap janji Tuhanmu
Penawar bagi segala kedukaanmu
Syurgalah tempatmu
Istanamu teguh berdiri di sana
Para anbiya dan sahabat teman bicaramu
Pakaian indah pembalut tubuhmu
Makanlah dan minumlah semahumu
Semua untukmu Hanya untukmu
Yakinlah wahai mujahidah tercinta
CARA DAKWAH
Dakwah Islamiah pada mulanya adalah merupakan tugas para Rasul yang kemudiannya dilaksanakan oleh Alim Ulama'. Oleh yang demikian, bolehlah dikatakan bahawa kebahagiaan setiap umat sedikit sebanyak bergantung pada Alim Ulama'. Apabila mereka baik, maka baiklah manusia dan apabila mereka rosak nescaya rosaklah manusia. Ini bererti tanggungjawab Alim Ulama' amatlah besar, dan tugas mereka itu amatlah berat, lebih-lebih lagi kalau mereka menjadikan dakwah (tabligh) sebagai tugas khusus mereka. Pendakwah mesti ada mempunyai sifat-sifat di antara lain seperti berikut :
1. Memahami maksud Al-Quran dan Al-Hadis.
2. Beramal dengan ilmunya.
3. Tahan marah (berlapang dada)
4. Berani, tidak takut kepada sesiapapun dalam menerangkan kebenaran. Celaan manusia tidak akan menghalangnya daripada menjalankan kewajipan.
5. Menjaga diri, tidak mahu kepada harta kepunyaan orang.
6. Berpada-pada dengan kesenangan dunia dan redha dengan harta yang halal walaupun sedikit.
7. Kuat, sihat dan fasih lidah.
8. Mengetahui perkara-perkara di bawah ini :
(a) Hal ehwal orang yang akan menerima dakwah iaitu tentang kesediaannya untuk menerima dakwah, persekitaran dan sosialnya.
(b) ilmu sejarah umum.
(C) Ilmu Psikologi.
(d) Ilmu Geografi.
(e) Ilmu Akhlak
(f) Mazhab-mazhab, aqidah yang betul dan mazhab-mazhab yang salah.
(g) Bahasa orang yang menerima dakwah.
(h) Ilmu kemasyarakatan (sosiologi) yang membincangkan perkembangan masyarakat manusia dan segala yang berkaitan dengannya.
9. Amat mempercayai kepada janji-janji Allah dan mempunyai harapan penuh untuk mendapat kejayaan biar pun usaha dakwah itu memerlukan usia yang lama dan memerlukan pengorbanan yang besar.
10.Tawadu' (merendah diri) dan menjauhkan diri daripada perkara
yang aib.
11.Tidak bakhil mengajarkan apa-apa ilmu yang diketahuinya. Tidak keberatan untuk melakukan sesuatu yang mendatangkan faedah kepada orang lain.
12. Bersifat wakar dan tenang.
13.Tinggi hemat dan mulia diri. Tidak berpuashati dengan perkara-perkara besar yang belum sampai kepada kesempurnaannya dan menjauhkan diri daripada perkara-perkara hina dan marah ketika disedari dirinya serba kekurangan pengetahuan atau bukti.
14. Sabar ketika menjalankan dakwah kerana Allah.
15. Bersikap Taqwa dan Amanah.
Dakwah Islamiah pada mulanya adalah merupakan tugas para Rasul yang kemudiannya dilaksanakan oleh Alim Ulama'. Oleh yang demikian, bolehlah dikatakan bahawa kebahagiaan setiap umat sedikit sebanyak bergantung pada Alim Ulama'. Apabila mereka baik, maka baiklah manusia dan apabila mereka rosak nescaya rosaklah manusia. Ini bererti tanggungjawab Alim Ulama' amatlah besar, dan tugas mereka itu amatlah berat, lebih-lebih lagi kalau mereka menjadikan dakwah (tabligh) sebagai tugas khusus mereka. Pendakwah mesti ada mempunyai sifat-sifat di antara lain seperti berikut :
1. Memahami maksud Al-Quran dan Al-Hadis.
2. Beramal dengan ilmunya.
3. Tahan marah (berlapang dada)
4. Berani, tidak takut kepada sesiapapun dalam menerangkan kebenaran. Celaan manusia tidak akan menghalangnya daripada menjalankan kewajipan.
5. Menjaga diri, tidak mahu kepada harta kepunyaan orang.
6. Berpada-pada dengan kesenangan dunia dan redha dengan harta yang halal walaupun sedikit.
7. Kuat, sihat dan fasih lidah.
8. Mengetahui perkara-perkara di bawah ini :
(a) Hal ehwal orang yang akan menerima dakwah iaitu tentang kesediaannya untuk menerima dakwah, persekitaran dan sosialnya.
(b) ilmu sejarah umum.
(C) Ilmu Psikologi.
(d) Ilmu Geografi.
(e) Ilmu Akhlak
(f) Mazhab-mazhab, aqidah yang betul dan mazhab-mazhab yang salah.
(g) Bahasa orang yang menerima dakwah.
(h) Ilmu kemasyarakatan (sosiologi) yang membincangkan perkembangan masyarakat manusia dan segala yang berkaitan dengannya.
9. Amat mempercayai kepada janji-janji Allah dan mempunyai harapan penuh untuk mendapat kejayaan biar pun usaha dakwah itu memerlukan usia yang lama dan memerlukan pengorbanan yang besar.
10.Tawadu' (merendah diri) dan menjauhkan diri daripada perkara
yang aib.
11.Tidak bakhil mengajarkan apa-apa ilmu yang diketahuinya. Tidak keberatan untuk melakukan sesuatu yang mendatangkan faedah kepada orang lain.
12. Bersifat wakar dan tenang.
13.Tinggi hemat dan mulia diri. Tidak berpuashati dengan perkara-perkara besar yang belum sampai kepada kesempurnaannya dan menjauhkan diri daripada perkara-perkara hina dan marah ketika disedari dirinya serba kekurangan pengetahuan atau bukti.
14. Sabar ketika menjalankan dakwah kerana Allah.
15. Bersikap Taqwa dan Amanah. BERSIFAT WAKAR DAN AMANAH
Sifat wakar ada pada ;
(a) Orang yang tidak bercakap sesuatu yang sia-sia, sekiranya perlu bercakap dia akan hanya bercakap sekadar yang perlu sahaja.
(b) Orang yang menggunakan gerak-geri bagi menyatakan sesuatu maksud.
(c) Orang yang sedia mendengar segala pertanyaan dan berhati-hati ketika menjawab.
(d) Orang yang tidak gopoh dalam segala perkara.
Di samping itu sifat wakar ini juga dapat menggambarkan ciri-ciri ;
(a) Memelihara diri daripada senda-gurau yang tidak sopan.
(b) Tidak bergaul dengan orang yang suka bergurau dan menghindari majlis mereka.
(c) Menahan lidah daripada menyebut perkataan yang buruk.
(d) Tidak menunjuk-nunjuk diri tanpa sebab yang munasabah seperti duduk di jalan atau di pasar.
Sifat-sifat yang ditonjolkan begini menarik minat orang ramai kerana keperibadian dan akhlak sertakemuliaannya.
Sumber artikel : JAIS
1. Memahami maksud Al-Quran dan Al-Hadis.
2. Beramal dengan ilmunya.
3. Tahan marah (berlapang dada)
4. Berani, tidak takut kepada sesiapapun dalam menerangkan kebenaran. Celaan manusia tidak akan menghalangnya daripada menjalankan kewajipan.
5. Menjaga diri, tidak mahu kepada harta kepunyaan orang.
6. Berpada-pada dengan kesenangan dunia dan redha dengan harta yang halal walaupun sedikit.
7. Kuat, sihat dan fasih lidah.
8. Mengetahui perkara-perkara di bawah ini :
(a) Hal ehwal orang yang akan menerima dakwah iaitu tentang kesediaannya untuk menerima dakwah, persekitaran dan sosialnya.
(b) ilmu sejarah umum.
(C) Ilmu Psikologi.
(d) Ilmu Geografi.
(e) Ilmu Akhlak
(f) Mazhab-mazhab, aqidah yang betul dan mazhab-mazhab yang salah.
(g) Bahasa orang yang menerima dakwah.
(h) Ilmu kemasyarakatan (sosiologi) yang membincangkan perkembangan masyarakat manusia dan segala yang berkaitan dengannya.
9. Amat mempercayai kepada janji-janji Allah dan mempunyai harapan penuh untuk mendapat kejayaan biar pun usaha dakwah itu memerlukan usia yang lama dan memerlukan pengorbanan yang besar.
10.Tawadu' (merendah diri) dan menjauhkan diri daripada perkara
yang aib.
11.Tidak bakhil mengajarkan apa-apa ilmu yang diketahuinya. Tidak keberatan untuk melakukan sesuatu yang mendatangkan faedah kepada orang lain.
12. Bersifat wakar dan tenang.
13.Tinggi hemat dan mulia diri. Tidak berpuashati dengan perkara-perkara besar yang belum sampai kepada kesempurnaannya dan menjauhkan diri daripada perkara-perkara hina dan marah ketika disedari dirinya serba kekurangan pengetahuan atau bukti.
14. Sabar ketika menjalankan dakwah kerana Allah.
15. Bersikap Taqwa dan Amanah.
Dakwah Islamiah pada mulanya adalah merupakan tugas para Rasul yang kemudiannya dilaksanakan oleh Alim Ulama'. Oleh yang demikian, bolehlah dikatakan bahawa kebahagiaan setiap umat sedikit sebanyak bergantung pada Alim Ulama'. Apabila mereka baik, maka baiklah manusia dan apabila mereka rosak nescaya rosaklah manusia. Ini bererti tanggungjawab Alim Ulama' amatlah besar, dan tugas mereka itu amatlah berat, lebih-lebih lagi kalau mereka menjadikan dakwah (tabligh) sebagai tugas khusus mereka. Pendakwah mesti ada mempunyai sifat-sifat di antara lain seperti berikut :
1. Memahami maksud Al-Quran dan Al-Hadis.
2. Beramal dengan ilmunya.
3. Tahan marah (berlapang dada)
4. Berani, tidak takut kepada sesiapapun dalam menerangkan kebenaran. Celaan manusia tidak akan menghalangnya daripada menjalankan kewajipan.
5. Menjaga diri, tidak mahu kepada harta kepunyaan orang.
6. Berpada-pada dengan kesenangan dunia dan redha dengan harta yang halal walaupun sedikit.
7. Kuat, sihat dan fasih lidah.
8. Mengetahui perkara-perkara di bawah ini :
(a) Hal ehwal orang yang akan menerima dakwah iaitu tentang kesediaannya untuk menerima dakwah, persekitaran dan sosialnya.
(b) ilmu sejarah umum.
(C) Ilmu Psikologi.
(d) Ilmu Geografi.
(e) Ilmu Akhlak
(f) Mazhab-mazhab, aqidah yang betul dan mazhab-mazhab yang salah.
(g) Bahasa orang yang menerima dakwah.
(h) Ilmu kemasyarakatan (sosiologi) yang membincangkan perkembangan masyarakat manusia dan segala yang berkaitan dengannya.
9. Amat mempercayai kepada janji-janji Allah dan mempunyai harapan penuh untuk mendapat kejayaan biar pun usaha dakwah itu memerlukan usia yang lama dan memerlukan pengorbanan yang besar.
10.Tawadu' (merendah diri) dan menjauhkan diri daripada perkara
yang aib.
11.Tidak bakhil mengajarkan apa-apa ilmu yang diketahuinya. Tidak keberatan untuk melakukan sesuatu yang mendatangkan faedah kepada orang lain.
12. Bersifat wakar dan tenang.
13.Tinggi hemat dan mulia diri. Tidak berpuashati dengan perkara-perkara besar yang belum sampai kepada kesempurnaannya dan menjauhkan diri daripada perkara-perkara hina dan marah ketika disedari dirinya serba kekurangan pengetahuan atau bukti.
14. Sabar ketika menjalankan dakwah kerana Allah.
15. Bersikap Taqwa dan Amanah. BERSIFAT WAKAR DAN AMANAH
Sifat wakar ada pada ;
(a) Orang yang tidak bercakap sesuatu yang sia-sia, sekiranya perlu bercakap dia akan hanya bercakap sekadar yang perlu sahaja.
(b) Orang yang menggunakan gerak-geri bagi menyatakan sesuatu maksud.
(c) Orang yang sedia mendengar segala pertanyaan dan berhati-hati ketika menjawab.
(d) Orang yang tidak gopoh dalam segala perkara.
Di samping itu sifat wakar ini juga dapat menggambarkan ciri-ciri ;
(a) Memelihara diri daripada senda-gurau yang tidak sopan.
(b) Tidak bergaul dengan orang yang suka bergurau dan menghindari majlis mereka.
(c) Menahan lidah daripada menyebut perkataan yang buruk.
(d) Tidak menunjuk-nunjuk diri tanpa sebab yang munasabah seperti duduk di jalan atau di pasar.
Sifat-sifat yang ditonjolkan begini menarik minat orang ramai kerana keperibadian dan akhlak sertakemuliaannya.
Sumber artikel : JAIS
Subscribe to:
Posts (Atom)